Showing posts with label Gerak. Show all posts
Showing posts with label Gerak. Show all posts

Tuesday, March 10, 2015

4 Bagaimana Pintu Dapat Membuka-Menutup Sendiri?


Mungkin Anda pernah menyaksikan pintu-pintu AJAIB ini. Mereka tahu kapan ada orang yang hendak masuk atau keluar, sehingga mereka membuka diri, dan setelah itu menutup diri kembali. Terdapat banyak jenis pintu luar biasanya ini, bisa berupa pintu geser, pintu berputar, atau pintu berayun. Biasanya pintu-pintu ini terdapat di mall, airport, atau gedung-gedung modern lainnya. Apakah ada operator manusia yang mengendalikannya dari sebuah tempat yang tidak kita lihat? Tidak. Tidak ada seorangpun yang mengendalikannya. Pintu-pintu tersebut membuka-menutup secara otomatis. Bagaimana mereka melakukannya?


Jika Anda perhatikan, di bagian atas pintu-pintu itu terpasang sebuah alat, seperti tampak pada gambar di atas. Itulah sensornya. Sensor ini memancarkan GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK yang frekuensinya berada di luar spektrum visible, artinya gelombang tersebut tidak tampak oleh mata manusia, misalnya gelombang mikro (microwave) atau gelombang ultrasonik.


Si sensor memancarkan gelombangnya secara kontinyu (terus menerus) ke berbagai penjuru arah yang biasanya dilalui manusia untuk masuk/keluar melalui pintu tersebut, seperti yang tampak pada gambar di atas. Perhatikanlah bahwa gelombangnya dipancarkan secara konsisten di titik-titik tertentu. Setelah dipancarkan, si gelombang DIPANTULKAN KEMBALI oleh permukaan yang ditabraknya, dan kembali masuk ke sensor. Dari sini si sensor MEREKAM WAKTU YANG DIBUTUHKAN oleh si gelombang  untuk menempuh perjalanan mulai dari dipancarkan sampai masuk kembali ke sensor. Selama tidak ada orang yang melintas, maka waktu tempuh gelombang yang terbaca oleh sensor ini selalu konsisten.


Sekarang bayangkan ketika ada orang yang bergerak menuju pintu, seperti tampak pada gambar di atas. Orang tersebut  memasuki wilayah gelombang yang dipancarkan oleh si sensor. Beberapa gelombang lantas menabrak si orang tersebut dan dipantulkan kembali ke dalam sensor dalam WAKTU YANG LEBIH CEPAT DARIPADA SEHARUSNYA, karena jalur gelombangnya terpotong oleh orang tersebut (jarak tempuhnya menjadi lebih pendek daripada sebelumnya). Sensor pun mendeteksi adanya PERBEDAAN WAKTU ini dan mengaktifkan pintu untuk terbuka.



Ketika si orang telah melintas dan daerah di sekitar pintu telah kosong kembali, maka waktu tempuh para gelombang kembali ke angka normal, sehingga sensor mengaktifkan pintu untuk menutup.

Bagaimanapun, mekanisme yang dijelaskan di atas bukan satu-satunya metode agar pintu dapat membuka-menutup secara otomatis. Ada pula yang menggunakan sensor tekanan. Pada metode ini, sensornya dpasang di bawah lantai sekitar pintu. Sensor ini bekerja seperti timbangan berat badan digital. Ketika ada orang yang melintas di sekitar pintu, maka si sensor mendeteksi adanya berat yang berlebih sehingga pintu diaktifkan untuk membuka. Ketika orang itu sudah pergi, maka beban lantai kembali ke angka normal sehingga pintu menutup kembali. Selain sensor tekanan, ada juga pintu otomatis yang menggunakan gelombang inframerah untuk mendeteksi panas tubuh manusia.


Sebagai antisipasi, biasanya untuk satu pintu dipasang lebih dari satu sensor. Jadi bila ada sensor yang gagal berfungsi, sensor yang lain mengambil alih.

Betapa hebatnya manusia menciptakan teknologi.


*******
Ditulis Oleh Doni Aris Yudono

Sumber Gambar:


Wednesday, February 4, 2015

27 Mengapa Angin Mempercepat Keringnya Jemuran Pakaian?



Mungkin Anda pernah memperhatikannya: Pakaian basah yang dijemur menjadi lebih cepat kering ketika tertiup angin. Bahkan tanpa sinar matahari pun, pakaian basah dapat segera kering hanya dengan paparan angin. Saya sering memanfaatkan fenomena ini.  Pakaian kotor, yang besok pagi harus saya pakai, saya cuci malam hari lalu saya keringkan dengan bantuan tiupan kipas angin listrik. Besok paginya sudah kering, tinggal disetrika, dan dipakai. ^_^

Mengapa angin dapat mengeringkan pakaian basah?

Banyak orang menduga bahwa air yang menempel pada pakaian terdorong oleh angin sehingga pakaiannya menjadi kering. Ada juga yang menduga bahwa energi kinetik dari angin diserap oleh molekul air sehingga air tersebut lebih mudah menguap. Semua penjelasan ini keliru. Lantas apa penjelasan yang benar?

Untuk memahami fenomena keringnya jemuran pakaian karena angin, perlu diketahui dulu mekanisme penguapan air dari pakaian.

Air menguap di segala suhu, sehingga tidak benar jika dikatakan bahwa air hanya menguap ketika mendidih. Penjelasan detail mengenai hal ini telah saya berikan pada artikel Apakah Air Harus Mendidih Agar Dapat Menguap? 


Molekul-molekul air memiliki energi kinetik sehingga mereka senantiasa bergerak. Ketika masih berada dalam fase cairan, molekul-molekul air masih terikat cukup kuat dengan molekul-molekul air di sekitarnya sehingga gerakan mereka tidak leluasa. Di permukaan air, beberapa molekul air memiliki energi kinetik yang lebih besar daripada molekul air lainnya, sehingga mereka bergerak lebih kuat. Karena bergerak lebih kuat, molekul-molekul air berenergi besar ini mampu melepaskan diri dan hanyut di udara menjadi uap air.


Inilah proses penguapan. Selalu ada molekul di permukaan air yang berenergi lebih tinggi sehingga pelepasan ini senantiasa terjadi. Itulah sebabnya jika kita membiarkan sesuatu yang basah terpapar oleh udara, lama-kelamaan sesuatu itu akan mengering dengan sendirinya.

Proses penguapan air dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, SUHU. Jika suhu airnya tinggi (panas), maka penguapan terjadi lebih cepat karena molekul-molekul air memiliki energi lebih besar sehingga bergerak lebih “ganas” dan melepaskan diri lebih cepat pula.

Kedua, LUAS PERMUKAAN. Semakin luas permukaan air, semakin cepat penguapan terjadi karena kontak air dengan udara lebih banyak. Itulah sebabnya teh panas yang dituang di piring lebih cepat dingin daripada ketika teh panas itu tetap berada di dalam cangkir.

Ketiga, KELEMBABAN UDARA. Semakin lembab udara, semakin sulit air menguap, karena udara yang lembab sudah penuh dengan uap air sehingga sulit menampung uap air tambahan. Jika udaranya kering, ibaratnya udara memiliki banyak ruang kosong untuk diisi uap air hasil penguapan.


Nah, sehubungan dengan faktor kelembaban, tiupan angin juga berpengaruh. Angin akan menyapu lapisan udara lembab di sekitar air yang menguap sehingga udaranya terganti dengan udara yang lebih kering. Dengan demikian, laju penguapan akan menjadi lebih tinggi karena udara di sekitar air yang siap menguap itu selalu kering sehingga senantiasa siap menampung uap air tambahan. Alhasil, air menguap dengan lebih mudah.

Jika tidak ada angin yang bertiup, molekul air hasil penguapan bergerak naik hanya secara perlahan-lahan sehingga udara di sekitar situ tetap lembab oleh uap air yang menguap tersebut. Hal ini memperlama proses penguapan.

Itulah penjelasan mengapa angin dapat mempercepat keringnya jemuran pakaian.

*******
Ditulis Oleh Doni Aris Yudono

Sumber Gambar:


Friday, March 28, 2014

8 Benarkah Ada Yang Lebih Cepat Daripada Cahaya?


Pada pertengahan abad 20, Albert Einstein mendobrak kemapanan ilmu sains dengan teori relatifitasnya. Teori fisika yang ada saat ini banyak mengacu pada teori Einstein tersebut. Fondasi utama dari teori relatifitas adalah bahwa batas maksimal kecepatan di alam raya ini adalah kecepatan cahaya, yaitu sekitar 300.000 km per detik.  Sang jenius Einstein menyatakan bahwa cahayalah raja kecepatan. Tidak ada yang bisa lebih cepat daripada cahaya.

Albert Einstein

Reputasi kecepatan cahaya ini bertahan hingga tahun 2011 ketika, secara mengejutkan, para ilmuwan yang menggarap proyek penelitian OPERA menemukan bahwa partikel neutrino dapat bergerak lebih cepat daripada cahaya! Apakah si jenius Albert Einstein melakukan kesalahan dalam menyusun teorinya? Untuk dapat memahami kasus ini dengan baik, mari kita perjelas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan partikel neutrino dan proyek OPERA. 

Neutrino merupakan salah satu partikel sub atomik dasar. Ia memiliki massa, meskipun sangat kecil, namun ia tak memiliki muatan listrik alias netral. Secara alami, neutrino terbentuk dari proses peluruhan radioaktif tertentu. Neutrino juga bisa dimunculkan secara buatan dengan jalan menabrakkan proton berkecepatan tinggi pada grafit. Hasil tabrakan tersebut akan memecah proton menjadi beberapa elemen yang lebih sederhana, dan salah satu elemen pecahan tersebut adalah neutrino.

OPERA merupakan singkatan dari Oscillation Project with Emulsion-tRacking Apparatus. Proyek penelitian OPERA ini pada intinya bertujuan untuk mempelajari karakter neutrino. Proyek OPERA dilakukan melalui kerjasama dua laboratorium sains besar dunia, yaitu CERN di Swiss dan LNGS di Italia. Dalam memunculkan neutrino dari tabrakan proton, para peneliti OPERA memanfaatkan Large Hadron Collider (LHC), yang merupakan salah satu alat eksperimen sains termahal  dan terbesar di dunia.

Sebagian kecil ruangan dari Large Hadron Collider

Para peneliti OPERA mempelajari pergerakan neutrino yang mereka tembakkan dari CERN Swiss menuju LNGS Italia yang berjarak 731,28 km. Ketika mereka mengukur waktu yang diperlukan neutrino untuk menempuh jarak itu, didapatkan bahwa waktunya adalah 2,43922 milisecond. Para peneliti itupun kaget, karena hasil pengukuran waktu tersebut lebih kecil 0,006 milisecond daripada waktu yang diperlukan cahaya untuk menempuh jarak yang sama. Dengan kata lain, neutrino bergerak lebih cepat daripada cahaya! Kecepatan cahaya adalah 299.792 km/sec, sedangkan kecepatan neutrino adalah 299.800 km/sec.

Penemuan ini tidak masuk akal karena bertolak belakang dengan teori Albert Einstein. Cahaya merupakan yang tercepat di alam semesta karena cahaya tidak memiliki massa. Meskipun sangat kecil, partikel neutrino tetap memiliki massa sehingga tidak mungkin bisa lebih cepat daripada cahaya. 

Takjub, para peneliti OPERA pun menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk memeriksa kembali keadaan alat eksperimen dan semua kalkulasi mereka. Akan tetapi, mereka tidak menemukan kesalahan apapun. Yakin dengan hasil yang didapatkan, penemuan ini pun dipublikasikan pada September 2011. Terang saja, kecepatan neutrino yang melebihi kecepatan cahaya segera menjadi topik hangat perbincangan internasional, termasuk juga perdebatan mengenai kebenarannya. Dunia mulai meragukan keabsahan teori Einstein. 

Akan tetapi pada akhirnya para peneliti OPERA menemukan bahwa terdapat dua kelemahan pada desain eksperimen mereka sehingga berujung pada kesalahan pengukuran waktu tempuh partikel neutrino. Kelemahan pertama adalah bahwa fiber optiknya tidak terpasang secara baik, dan kelemahan kedua adalah bahwa pengukur waktu osilatornya bergetar terlalu cepat. Ralat ini mereka umumkan pada Maret 2012. Mereka menegaskan bahwa kecepatan neutrino tidak lebih cepat daripada kecepatan cahaya dan masih kosisten dengan teori yang diajukan Albert Einstein.

Jadi, cahaya masih merupakan Raja Kecepatan di alam semesta ini, dan kejeniusan Einstein tidak terbantahkan lagi.


*******
Ditulis Oleh Doni Aris Yudono

REFERENSI:
http://en.wikipedia.org/wiki/Faster-than-light_neutrino_anomaly
http://en.wikipedia.org/wiki/Neutrino
http://en.wikipedia.org/wiki/OPERA_experiment

SUMBER GAMBAR:
http://i.huffpost.com/gen/1055913/thumbs/o-SPEED-OF-LIGHT-facebook.jpg
http://25.media.tumblr.com/938ebaea01dc77638faa08482779dec6/tumblr_mjo1xa0Haw1r5j2gro1_1280.jpg
http://www.wired.com/images_blogs/wiredscience/images/2008/09/09/lhc4.jpg

Monday, September 30, 2013

12 Hujan Sebetulnya Dapat Melukai Kita


Hujan memiliki banyak kesan keindahan dalam kehidupan manusia. Para petani padi bersukacita ketika hujan tiba. Anak-anak riang gembira bermain bola sambil hujan-hujanan. Kadangkala sepasang kekasih merasakan romantika yang indah ketika berdua-duaan berteduh dari hujan…. Eaaa… eaaa…  :D

Sebenarnya, ada satu benda yang menjadi kunci bagi keindahan hujan. Tanpa benda itu, hujan akan berubah menjadi sesuatu yang mengerikan. Tanpa benda itu, orang tidak akan berani keluar rumah ketika hujan tiba. Apakah benda yang dimaksud itu?........

Penasaran?? Naah…. Mari kita pakai ilmu fisika untuk menyelidiki jawabannya  :)

PENGARUH GRAVITASI PADA BENDA YANG JATUH
Semua orang tahu bahwa bumi mengerjakan gaya gravitasi pada benda-benda di sekitarnya. Ketika suatu benda mengalami sebuah gaya, maka benda tersebut cenderung mengalami percepatan dalam pergerakannya. Sebagai contoh, jika kita menjatuhkan sebuah batu dari ketinggian 10 m, maka batu itu akan bergerak jatuh ke tanah sejauh 10 m dengan kecepatan yang senantiasa bertambah. Semakin lama batu itu jatuh semakin cepat sampai akhirnya membentur tanah. Akibat gaya gravitasi, bumi memberikan percepatan gravitasi  sebesar 9,8 m/s2. Artinya, ketika sebuah benda bergerak jatuh ke permukaan bumi, kecepatannya akan bertambah sebesar 9,8 m/s setiap detik.

JARAK ANTARA AWAN DAN PERMUKAAN BUMI
Awan merupakan kumpulan uap air di atmosfer yang suatu saat akan jatuh menjadi hujan. Jarak awan dan permukaan bumi cukup jauh, ribuan meter. Jadi, jika terjadi hujan, butiran air dari awan akan jatuh menuju bumi dengan kecepatan yang bertambah berkali-kali lipat. Akibat fatal dari hal ini adalah, butiran air hujan tersebut akan memiliki kecepatan yang sangat besar ketika mencapai bumi. Hal ini sangat membahayakan manusia, karena butiran air hujan berkecepatan tinggi itu seperti peluru yang menghancurkan benda yang ditabraknya.  

Mari kita coba hitung-hitungan supaya lebih jelas perbandingannya. Kita ambil awan yang terdekat dari permukaan bumi, yaitu sekitar 2.000 m. Ketika butiran air jatuh dari awan ini, maka berdasarkan rumus v2 = vo2 + 2as, kecepatannya ketika sampai di permukaan bumi adalah sekitar 700 km/jam!! Kecepatan mobil balap F1 saja hanya sekitar 300 km/jam.

Jika Kecepatan Air Hujan Sebesar Itu, Mengapa Kita Tidak Terluka?
Hasil perhitungan di atas cukup mencengangkan. Hal ini mungkin mengusik logika Anda: Jika hal ini benar, mengapa kita tidak terluka oleh hujan?

Jawabannya adalah atmosfer. Atmosfer bumi menjulang tinggi hingga ratusan kilometer. Perhitungan yang saya paparkan di atas adalah perhitungan yang mengandaikan bahwa atmosfer tidak ada, atau setidaknya, atmosfer tidak setinggi yang ada sekarang. Pada kenyataannya, pergerakan butiran air hujan dihambat oleh atmosfer sejak ia pertama kali bergerak. Ketika awal jatuh dari awan, butiran air hujan memang bergerak semakin cepat. Akan tetapi, hambatan atmosfer menjadi semakin besar seiring bertambahnya kecepatan butiran air hujan. Pada saat tertentu, kecepatan butiran air hujan tidak bisa bertambah besar lagi karena tidak mampu lagi mengatasi hambatan atmosfer yang sangat besar. Inilah yang dinamakan kecepatan terminal. Butiran air hujan akan tetap jatuh menuju bumi dengan kecepatan terminal ini, dan tidak bisa bertambah cepat lagi. Sebagai contoh, butiran air hujan yang ukurannya paling besar akan sampai di permukaan bumi dengan kecepatan hanya sekitar 32 km/jam.

Jadi, jelaslah sudah bahwa benda yang berjasa mengamankan hujan sehingga tidak membahayakan manusia adalah atmosfer. Tanpa atmosfer yang menjulang tinggi, banyak manusia akan cidera oleh air hujan. Inilah bukti kasih sayang Tuhan. Kondisi bumi telah diatur-Nya sedemikian rupa sehingga aman untuk ditinggali manusia.

*******
(Ditulis Oleh Doni Aris Yudono)

Sumber Gambar:

Sunday, August 18, 2013

1 Apa Jadinya Bumi Tanpa Bulan?


Bulan merupakan satelit bumi. Semua penduduk bumi mengenalnya. Ia dijadikan dasar penanggalan hijriah bagi umat Islam. Ia berperan dalam cerita legenda manusia serigala. Di kala purnama, ia ikut menerangi bumi di malam hari. Bahkan ia dijadikan bahan rayuan gombal, “Wajahmu seelok bulan….” Padahal sebetulnya permukaan di bulan itu banyak terdapat kawah dan gunung. Jadi orang yang wajahnya diserupakan dengan bulan adalah orang yang wajahnya tidak rata… Hehehe :D 

Pentingkah bulan? Apa jadinya bumi tanpa bulan?

Ukuran bulan hanyalah 2% dari ukuran bumi. Sangat kecil. Namun ukurannya yang kecil ini tidak berarti kecil pula peranannya bagi bumi. Bulan tak hanya sebatas pendamping bumi. Bukan pula sekedar penghias bumi. Bulan sebenarnya memberikan sumbangsih yang besar terhadap planet yang kita tinggali ini. Mungkin Anda pernah mempertanyakan, mengapa permukaan air laut mengalami pasang surut? Nah, di sinilah peranan bulan. Interaksi gaya gravitasi antara bulan dan bumi menyebabkan permukaan air laut turun dan naik secara berkala. Bagian bumi yang berada dekat dengan bulan akan mengalami air pasang, sedangkan bagian bumi yang berada di sampingnya akan mengalami air surut. Untuk lebih memahami mekanisme ini, perhatikan gambar berikut.


Apakah hanya itu peranan bulan? Tidak. Anda mungkin tidak pernah menduga peranan bulan berikut ini.

Seperti semua planet dan satelit anggota tata surya, bumi senantiasa melakukan rotasi. Rotasi bumi artinya bumi berputar terhadap porosnya sendiri. Di permukaan bumi terdapat air laut. Akibat gravitasi bumi, air laut semestinya mengikuti pergerakan bumi sepenuhnya. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah demikian. Tertariknya air laut oleh gravitasi bulan menyebabkan air laut tersebut tidak sepenuhnya mengikuti gerakan rotasi bumi. Akibatnya, terjadi gesekan antara air laut dan permukaan bumi. Gesekan ini menyebabkan kecepatan rotasi bumi melambat dari waktu ke waktu. Bagaimanapun, laju perlambatan ini sangat kecil, sehingga kita tidak merasakannya secara jelas. Melambatnya putaran bumi baru terasa jelas jika kita membandingkan dua periode bumi yang jedanya ribuan bahkan jutaan tahun.

Pada masa kita sekarang, satu hari sama dengan 24 jam. Akan tetapi jutaan tahun yang lalu, satu hari kurang dari 24 jam. Bumi pernah mengalami periode di mana satu hari sama dengan 10 jam! Sebaliknya, jutaan tahun ke depan, mungkin saja satu hari menjadi 40 jam! 

Para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa, jutaan tahun yang lalu, kecepatan rotasi bumi memang jauh lebih cepat daripada sekarang. Di masa itu, satu hari bumi kurang dari 24 jam. Hal ini mereka simpulkan dari keadaan fosil biota laut. Ada satu jenis biota laut, yaitu sejenis koral, yang pola lekuknya tergantung dari pergerakan sinar matahari. Jika pergerakan sinar matahari semakin cepat, maka polanya semakin rapat. Dan sebaliknya. Ternyata pola lekukan fosil biota laut tersebut jauh lebih rapat daripada yang ada sekarang ini. Artinya, jaman dahulu bumi berputar lebih cepat sehingga pergerakan sinar matahari pun lebih cepat.  

Tanpa bulan, mungkin saja hari ini kita mengalami satu hari bumi yang lamanya hanya 5 jam….

*******
Ditulis Oleh Doni Aris Yudono

Sumber Gambar:

Sunday, September 9, 2012

7 Mengapa Wajah Bulan Selalu Terlihat Sama?


Bulan adalah satelit alami bumi. Sejak zaman dahulu, ia dijadikan acuan manusia untuk menetapkan periode waktu. Bulan memantulkan cahaya matahari ke bumi. Akibat pergerakan bulan mengitari bumi, kita mengenal adanya bulan sabit dan bulan purnama. Ketika sedang purnama, bulan tampak utuh dan terang.

Tidak seperti permukaan bumi yang mengandung vegetasi, air, dan atmosfer, permukaan bulan hanya berupa bebatuan gersang. Area bulan tersusun dari dataran, pegunungan, dan kawah. Kombinasi ketiga relief inilah yang membentuk wajah bulan. Pernahkah Anda memperhatikan, bahwa wajah bulan selalu terlihat sama? Dari zaman nenek moyang hingga zaman kita sekarang, wajah bulan selalu terlihat begitu-begitu saja (seperti tampak pada gambar di atas). Mengapa hal ini bisa terjadi? Bukankah bulan selalu berputar mengelilingi bumi?

Jawabannya sangat sederhana.

Seperti halnya bumi terhadap matahari, bulan juga mengalami dua jenis pergerakan terhadap bumi, yaitu revolusi dan rotasi. Revolusi bulan adalah pergerakan bulan mengitari bumi, sedangkan rotasi bulan adalah perputaran bulan pada porosnya sendiri. Nah, kebetulan, rotasi dan revolusi bulan berlangsung dalam selang waktu yang sama. Artinya, tepat ketika bulan selesai melakukan satu putaran mengitari bumi, ia juga selesai melakukan satu putaran terhadap porosnya sendiri. Akibatnya, sisi bulan yang menghadap bumi selalu sisi yang itu-itu saja. Agar lebih jelas, perhatikan ilustrasi revolusi dan rotasi bulan pada gambar di bawah ini.
Keterangan: Garis Merah Menandakan Sisi Tertentu pada Bulan, Yaitu Sisi Yang Selalu Terlihat Oleh Penduduk Bumi

Agar lebih jelas, Anda dapat menyimak video tentang pergerakan bulan terhadap bumi berikut ini.


*******
(Ditulis Oleh Doni Aris Yudono)
Sumber Gambar:

Tuesday, August 14, 2012

17 Mengapa Jika Mobil Berbelok Ke Kiri, Kita Merasa Terlempar Ke Kanan?


Pernah naik mobil, kan? Ketika kita menaiki mobil yang melaju dengan cukup kencang dan berbelok dengan tajam, maka kita merasa tubuh kita terlempar ke arah yang berlawanan dengan arah belokan mobil. Jika mobil berbelok tajam ke kiri, tubuh kita terlempar ke kanan. Sebaliknya, jika mobil berbelok tajam ke kanan, tubuh kita terlempar ke kiri. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Pada abad ke-17, hidup seorang fisikawan legendaris bernama Sir Isaac Newton. Newton menyatakan bahwa sekali sebuah benda bergerak, maka benda itu cenderung akan terus bergerak lurus dengan kecepatan konstan. Jadi, sifat asli pergerakan semua benda adalah bergerak lurus.

Ketika mobil melaju dalam lintasan lurus, kita sebagai penumpang di dalamnya pun melaju dengan arah dan kecepatan yang sama dengan mobil. Dalam keadaan ini, penumpang nyaman-nyaman saja. Akan tetapi ketika mobil berbelok, tubuh penumpang “ingin” tetap bergerak lurus. Hal ini membuat lintasan pergerakan antara mobil dan tubuh penumpang tidak sama. Perhatikan Gambar 1 di bawah ini agar lebih jelas.
Gambar 1
Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan arah pergerakan antara mobil dan tubuh penumpang. Mobil bergerak ke kiri, sedangkan tubuh penumpang “ingin” tetap bergerak lurus. Di dalam mobil, penumpang merasa tubuhnya terlempar ke kanan, padahal sebenarnya tubuhnya cuma bergerak lurus seperti pergerakan mobil sebelumnya. Perasaan terlempar ke kanan disebabkan oleh adanya pembandingan dengan arah mobil yang berbelok ke kiri.

Mungkin Anda bertanya mengapa saya menambahkan kata “kecenderungan” ketika menyebutkan pergerakan tubuh penumpang. Hal ini dikarenakan, pada kenyataannya, tubuh penumpang tetap berada di dalam mobil, dan oleh sebab itu, secara umum tubuh penumpang tetap berbelok mengikuti arah pergerakan mobil meskipun ada efek terlempar.

Anda juga mungkin bertanya, mengapa mobil dapat berbelok? Bukankah teori Newton berlaku untuk semua benda termasuk mobil? Bukankah mobil juga memiliki kecenderungan untuk tetap bergerak lurus? Ya, benar. Sebenarnya mobil juga memiliki kecenderungan untuk bergerak lurus. Sebenarnya mobil juga mengalami efek terlempar ke kanan. Hanya saja, pada kasus ini, kita anggap bahwa kecepatan dan ketajaman belokan mobil tidak terlalu besar sehingga mobil tetap dapat berbelok ke kiri. Jika mobil terlalu kencang dan berbelok terlalu tajam, maka mobil akan terguling akibat adanya kecenderungan untuk tetap bergerak lurus tersebut.

Jika Anda cukup jeli, Anda mungkin bertanya, mengapa efek lemparan ini tidak terjadi ketika kita mengendarai sepeda motor?

Pergerakan mobil memiliki perbedaan dengan pergerakan sepeda motor. Mobil memiliki empat roda sehingga pergerakannya relatif selalu tegak lurus dengan jalanan. Sementara itu, sepeda motor hanya memiliki dua roda sehingga pergerakannya tidak selalu tegak lurus dengan jalanan. Ketika berbelok ke kiri, badan motor ikut miring ke kiri. Tubuh penumpang motor pun ikut miring ke kiri. Kemiringan ini menetralisir efek lemparan ke kanan, karena efek lemparan tersebut tertahan oleh bidang jalanan. Kemiringan ini tampak sangat jelas pada pergerakan sepeda motor balap, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2
*******
(Ditulis oleh Doni Aris Yudono)
http://www.facebook.com/Yudha.On.7 

Sumber gambar:
 

DETEKTIF FISIKA Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates