Inspirasi untuk menulis artikel ini
datang kemarin, ketika malam hari di rumah, saya merasa gerah sekali. Kemudian
tengah malamnya hujan turun sampai pagi. Ketika esok paginya saya ngobrol
dengan seorang rekan kerja, kami membicarakan tentang hujan tersebut dan dia
mengaitkannya dengan suasana gerah semalam sebelumnya. Saya lantas menyadari
bahwa memang hal ini merupakan suatu fenomena alam yang lumrah terjadi: Jika
tengah malam akan hujan, maka malamnya pasti udara akan terasa gerah. Saya pun
berpikir bahwa hal ini pantas untuk saya bahas di detektif fisika :D
Mendung Di Malam Sebelum Hujan: Suasana Gerah Melanda |
Fenomena ini sebetulnya menarik. Hujan identik dengan suhu udara yang dingin. Namun mengapa pada malam hari sebelum hujan justru kita merasa kegerahan?
Ada dua faktor yang menyebabkan
terjadinya fenomena ini.
Pertama, suhu udara pada malam hari, sebelum hujan tiba, memang meningkat. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Mulai pagi hingga sore hari, matahari menyinari permukaan bumi. Sebagian energi panas matahari tersebut diserap dan disimpan di permukaan bumi. Ketika malam tiba, panas simpanan tersebut dikeluarkan kembali melalui radiasi. Pada kondisi normal (ketika tidak akan terjadi hujan), langit cenderung bersih dari awan sehingga radiasi panas tersebut dapat meluncur dan ke angkasa dengan mulus. Nah, ketika akan terjadi hujan, langit penuh dengan awan mendung. Awan-awan tebal ini memantulkan kembali radiasi panas yang dipancarkan oleh permukaan bumi. Akibatnya, terjadi akumulasi panas di atmosfer bawah, sehingga suhu udara pun meningkat.
Hal ini juga menjelaskan mengapa fenomena kegerahan ini hanya terjadi pada malam hari ketika hujan akan turun pada tengah malam. Ketika malam hari, terjadi akumulasi panas di permukaan bumi hasil serapan energi cahaya matahari sepanjang siang. Fenomena ini tidak terjadi pada pagi hari ketika hujan akan turun di siang hari, karena sebelum pagi tiba, telah berlangsung malam selama 12 jam di mana tidak ada serapan panas dari cahaya matahari.
Kedua, ketika hujan akan turun, kelembaban udara meningkat. Artinya, udara berisi
banyak sekali uap air. Kelembaban udara yang tinggi ini menyebabkan keringat
kita susah menguap, karena udara, yang sudah berisi banyak uap air itu, susah
untuk menerima uap air tambahan. Padahal, penguapan keringat merupakan
mekanisme tubuh kita untuk membuang panas berlebih. Akibatnya, panas tubuh terakumulasi di dalam tubuh dan kita pun kegerahan.
Udara Lembab Membuat Keringat Di Kulit Sulit Menguap |
Adapun tentang keringat yang dapat
membuang panas tubuh dapat dijelaskan seperti ini. Tubuh kita senantiasa
memproduksi energi dengan membakar karbohirat atau cadangan lemak. Hal ini
menghasilkan panas di dalam tubuh secara terus-menerus. Nah, agar tubuh tidak
kelebihan panas, maka tentu sebagian panas ini harus dibuang. Pembuangan panas
tubuh dilakukan dengan cara mengeluarkan keringat. Pertama-tama, energi panas
tubuh diserap oleh keringat di dalam tubuh, lalu keringat tersebut dikeluarkan
di permukaan kulit. Ketika bersentuhan dengan udara, keringat tersebut kemudian
menguap dengan membawa serta panas tubuh tadi. Alhasil, tubuh kita mengalami
pendinginan.
Berkeringat Merupakan Mekanisme Tubuh Untuk Membuang Panas |
Perlu digarisbawahi bahwa proses
pengeluaran panas tubuh melalui keringat ini tidak hanya terjadi ketika kita
berolahraga di mana keringat bercucuran sebesar biji jagung :D Keringat juga
senantiasa dikeluarkan oleh kulit dalam skala kecil, sehingga butiran
keringatnya tidak nampak jelas oleh mata kita.
Kesimpulannya: Ketika malam hari menjelang hujan, suhu udara meningkat sehingga tubuh kita perlu membuang panas berlebih dengan cara berkeringat. Namun ketika tubuh kita hendak berkeringat, kelembaban udara yang tinggi menyulitkan keringat kita untuk menguap. Gerahlah kita dibuatnya.
Demikian dijelaskan, semoga menambah wawasan Anda ^_^
*******
Ditulis Oleh Doni
Aris Yudono
Sumber Gambar: